Benarkah Ini Cinta Atau Sekadar Nyaman Karena Terbiasa Bersama

 LOVE_ Hubungan kita hanyalah dua insan yang biasa disebut teman. Meski sebagian dari mereka percaya, dekatnya pria dan wanita hampir takmungkin jika takada apa-apa. Benar saja, entah sedari kapan rasa ini bermula. Yang kutahu, sejak mengenalmu, ada yang diam-diam kusebut dalam doa.
Hubungan kita hanyalah dua insan yang biasa disebut teman. Meski sebagian dari mereka percaya, dekatnya pria dan wanita hampir takmungkin jika takada apa-apa. Benar saja, entah sedari kapan rasa ini bermula. Yang kutahu, sejak mengenalmu, ada yang diam-diam kusebut dalam doa.
Benarkah ini cinta? Atau sekadar nyaman karena terbiasa bersama?

Selalu ada kecamuk yang takbiasa ketika kita berdua berjalan seiringan, menyambangi setiap sudut kota. Bercengkerama, renyah dalam tawa yang meruntuhkan segala dinding pembeda.

Apapun itu, yang kutakutkan sekarang ialah jatuh cinta sendirian


Apapun itu, yang kutakutkan sekarang ialah jatuh cinta sendirian.Dengan aku yang menunggu dan kamu yang tidak benar benar tahu. Namun, aku masih sengaja menyelipkan kata semoga di sela percakapan kita. Semoga kamu merasa, semoga bisa bersama.

Siapa sangka bahwa pada akhirnya rasaku bersambut. Tanganmu terulur menggenggam harapan yang kupeluk dalam senyap. Katamu, kita akan terus bersama sampai esok bahkan ribuan lusa. Jika kata selamanya itu memang tiada batas hingga, seperti itulah janji kita untuk saling menjaga.

Meski mereka masih saja berkata, jarak terjauh yang sulit ditempuh bukan perkara angka, tetapi antara surau dan katedral. Namun, denganmu aku bisa menjadi sebaik-baiknya manusia. Sebab darimu aku belajar arti menghormati, bahwa setiap perbedaan dari kita indah dan bermakna.

Bukankah Sang Pencipta itu Esa, hanya pelafalan nama oleh kita yang berbeda. Baik aku dan kamu sama-sama menguatkan, bahwa perbedaan tidak serta merta merantaskan tali cinta. Perihal dosa biar menjadi rahasia Sang Maha Cinta. Meski kerap dilabelkan oleh mereka untuk kita.

Namun, suatu ketika, entah berlari ke mana toleransi yang selama ini kita agungkan. Hujan bulan Desember melatari sebuah pergi yang takterbantahkan. Diorama perayaanmu yang penuh suka cita, menjelma menjadi belantara dinding pemisah yang arogan.

Lalu, di mana istana bernama tenggang rasa yang sejak lama kita bangun bersama? Apa ia hancur begitu saja ditelan masa? Sehingga kamu dengan mudahnya menyalahkan keadaan. Bahkan pada hal yang sebelumnya tak pernah kita permasalahkan.

Detik itu, aku dan kamu kembali asing, selaiknya persimpangan jalan yang berbeda haluan. Kita berjalan saling memunggungi, menuju alamat Tuhan dengan akidah masingmasing. Mungkin benar bahwa jarak terjauh ialah perbedaan keyakinan; antara salibmu dengan tasbihku.

Kini, di sepertiga malam aku menghamba pada-Nya, memohon ampunan, sebab telah menentang takdir yang telah digariskan. Memaksa untuk menyatukan hal yang sejatinya memang harus ada sekat.

Kueja tafsir ayat dalam kitabku dengan seksama, seketika tumpah genangan dari pelupuk mata, aku tersadar bahwa firman Tuhan menyuratkan dengan sangat nyata, jalanku dan jalanmu menuju-Nya tidak akan pernah sama.

Demikian tadi Sahabat tentang Benarkah Ini Cinta Atau Sekadar Nyaman Karena Terbiasa Bersama

Semoga bermanfaat ya.
Sampai jumpa dilain pembahasan

Thanks You...

Belum ada Komentar untuk "Benarkah Ini Cinta Atau Sekadar Nyaman Karena Terbiasa Bersama"

Posting Komentar

Iklan Atas

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah

loading...