Depresi Pada Remaja Pria dan Wanita: Berbeda Gejalanya, Berbeda Pula Cara Mengatasinya

Perbedaan jenis kelamin bukan hanya memberikan pengaruh depresi yang berbeda, tetapi juga pada tingkatan depresi dan dampaknya. Lantas, bagaimana cara depresi memengaruhi remaja pria dan wanita? Baca terus ulasan singkat berikut ini:
Wanita memang lebih rentan depresi, namun depresi pada pria dapat terjadi lebih parah
Tingkat keparahan depresi pada pria lebih tinggi dari pada
wanita. Pasalnya, pria lebih cenderung menderita depresi terus-menerus
(dysthymia), sedangkan pada wanita cenderung lebih episodik atau muncul
sewaktu-waktu saja.
Dysthymia atau persistent depressive disorder adalah
gangguan mood yang berlangsung secara terus menerus hampir setiap hari,
sedangkan depresi episodik hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu.
Karena tergolong depresi tingkat berat, depresi pada remaja pria dapat
berakibat fatal, seperti terjerumus pada penyalahgunaan zat tertentu
bahkan sampai bunuh diri.Ini yang terjadi pada otak saat depresi
Depresi merupakan gangguan mood yang tidak hanya memengaruhi cara berpikir, indra perasa, atau perilaku, tetapi juga fungsi otak Anda. Secara umum, kondisi depresi memengaruhi tiga bagian utama pada otak, yaitu hippocampus, korteks prefrontal, dan amigdala.Hippocampus pada otak bertanggung jawab untuk mengatur kadar kortisol, hormon yang dilepaskan pada saat depresi secara fisik atau mental. Pada penderita depresi, kadar kortisol ini melonjak tajam sehingga menyebabkan mood menjadi tidak beraturan bahkan menimbulkan masalah pada memori.
Tingkat kortisol yang berlebihan ini juga membuat korteks prefrontal menyusut, yaitu area otak yang telibat dalam mengatur emosi dan membuat keputusan. Selain itu, depresi juga dapat memperbesar amigdala yang menciptakan rasa senang dan takut. Itulah sebabnya orang yang depresi cenderung merasa takut dan labil dalam hal emosi.
Depresi pada remaja pria dan wanita memengaruhi bagian otak yang berbeda
Sebuah studi menemukan bahwa depresi memengaruhi otak remaja pria dan wanita di bagian yang berbeda. Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang melibatkan 82 remaja wanita dan 24 remaja pria yang mengalami depresi, dibandingkan dengan 24 remaja wanita dan 10 remaja pria normal yang secara keseluruhan berusia 11 sampai 18 tahun.Para periset mencoba menggali bagaimana situasi depresi merespon kata-kata bahagia dan sedih yang diberikan, kemudian respon tersebut diukur dengan menggunakan MRI. Lantas, apa yang terjadi pada otak?
Ternyata, remaja pria yang depresi mengalami penurunan aktivitas pada otak kecil, sedangkan hal ini tidak terjadi pada wanita. Selain itu, terdapat dua bagian otak yang merespon secara berbeda pada remaja pria dan wanita yang terkena depresi
Perbedaan aktivitas otak ini terjadi pada gyrus supramarginal dan posterior cingulate. Gyrus supramarginal adalah bagian pada otak yang terlibat dalam persepsi dan pemrosesan bahasa. Sedangkan posterior cingulate adalah daerah otak yang sensitif dengan rasa sakit dan pengambilan memori episodik. Sayangnya, belum diketahui secara pasti bagaimana dua daerah otak ini berperan dalam terjadinya depresi.
Penanganan yang tepat sesuai jenis kelamin
Sejauh ini, penanganan depresi diberikan secara umum, tanpa membeda-bedakan perlakuan pada pria maupun wanita. Meskipun belum diteliti lebih lanjut penanganan seperti apa yang bisa dilakukan, setidaknya Anda bisa melihat dari sifat dasar yang dimiliki pria dan wanita.Dibandingkan dengan wanita yang depresi, pria cenderung lebih memikirkan dirinya sendiri pada saat depresi. Maka, kemungkinan cara yang tepat adalah dengan mendorongnya untuk lebih banyak membaur dan aktif melakukan aktivitas sosial untuk mengurangi depresi.
Sementara itu, wanita yang cenderung bersifat sensitif dan tertutup dapat didorong dengan pemberian dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk menumbuhkan kembali rasa percaya dirinya. Maka ini diharapkan dapat meminimalisir risiko keparahan depresi sebelum semakin memburuk.